Selasa, 21 Juni 2011

Ibu bermata satu :'(

Aku baca cerita ini sampai nangis. Udah denger cerita ini berkali kali tapi setiap dibaca lagi selalu nangis. Baru beberapa hari kemarin aku baca kisah ini lagi di twitter. ketika kalian baca ini, silahkan kalian bayangkan wajah ibu kalian.. disimak ya :)

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan diri. Keesokan harinya di sekolah “Ibumu hanya punya satu mata?!?!” weeeeeek , jerit seorang temanku. Malu banget aku. Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Malu aku punya ibu bermata satu, Aku pernah berkata pada ibu, “Bu. Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut. Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu.. Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya. Ia memandang ku sejenak, dan kemudian berlalu.
Akibat perkataanku tadi, jadi hatinya tertusuk. Sudahlah, Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya.
Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang sukses. Kemudian aku belajar dengan tekun. Aku belajar tekun sampai dapat beasiswa. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu. Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak. Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku.
Kebahagian ini bertambah terus dan terus, hingga suatu ketika ada seorang wanita tua mengetuk pintu rumahku.
** Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Ibu ada di Singapura?? Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata satu Ibuku.
Kataku, “Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!” Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya. “Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku! !” “KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!”. Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan ia pun berlalu. 'Fiufff' kataku. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega. Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega.

Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura. Aku berbohong pada istriku bahwa ada urusan kantor sehingga aku bisa kembali ke kampung halaman ku. Akupun pergi ke sana. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah.. Hanya ingin tahu saja.
Di sana, kutemukan ibuku tergeletak dilantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun.  Ada selembar kertas di meja. Sepucuk surat untukku. Lalu aku baca.
"Anakku sayang.. Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan..maaf aku tidak akan pergi ke Singapura lg, dengan uang tabunganku tempo hari. Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau.. dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku. Ibu mengerti nak... Maaf jika aku baru kasih tahu kamu sekarang. Kau tahu, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu. Saat itu Dokter mengatakan semuanya bisa. Dan Alhamdulillah operasi nya berhasil. Kamu mendapatkan mata itu dariku.
Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, di tempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu. Ketika kau marah padaku.. diriku hanya membatin sendiri, “Itu karena ia mencintaiku” Dan Aku Sangat mencintai mu nak.."


Dengan gemetar aku menangis tanpa suara, aku teriak tanpa suara, aku terjatuh dari kursiku.. sambil mengatakan "IBU !" tanpa suara. Ibu yang selama ini aku caci, aku maki, aku hina, aku rendahkan. ternyata selama ini aku hidup dan melihat semua ini menggunakan matanya. IBUUUUU! jangan tinggalkan aku sekarang. IBUUUU.. Air mataku tak akan pernah habis..

Sekian ceritanya, semoga bermanfaat untuk aku dan kalian.. pesanku "jangan siasiakan ibu, seburuj apapun ibu dialah titipan Allah yang bertugas membuat kita seperti ini.."
jujur, ketika mengulang cerita ini. air mata nggak selesai selesai turun jatuh kekeyboard :""(

Semoga Bermanfaat yaa ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Udah selesai bacanya? :)

Yuk, silahkan diclose dengan mengucapkan الحمد لله :)